TAK
Oleh
Corsalina Simamora
Di
persimpangan itu bertemu dia. Dia yang selalu membuat amarah di jiwaku ingin
menggelegar, rasa kesal menaungi laksa hati yang menggebu. Dia melukiskan
guratan lekukan di bibirnya yang dianggapnya akan membuat aku akan mau
mengucapkan kata itu. Tak ada, tak ada yang bisa.
“berhenti
mencoba merayuku, aku tak mau !”, ketusku sembari membuang muka dari arah
pandangan bola matanya.
“aku
hanya ingin kau tau...”. tandas nya.
“tak usah kau berkata-kata di depanku. Tak ada, tak ada yang bisa !”, ucapku sembari meninggalkan dia di persimpangan taman itu.
“tak usah kau berkata-kata di depanku. Tak ada, tak ada yang bisa !”, ucapku sembari meninggalkan dia di persimpangan taman itu.
Taman
yang indah itu bak neraka dunia karena ada sosok dia yang ku benci. Getaran jiwa
ini tak tertahan ingin dibenamkan di samudera terdalam, setidaknya tak melihat
dia yah aku bisa bernafs dengan
oksigen yang manis. Tanpa karbondioksida dalam hidup yah dia karbondioksida. Mereka pun tau tak bisa, tak ada yang bisa.Aku
tak mau berlarut dalam penantian dengan dia, toh dia kan sudah tak bisa , tak bisa mengerti lagi dengan apa yang
ku terjadi dia arus kehidupan ini.
Dengan
langkah yang terseok-seok meniti setiap langkah demi langkah yang tercipta
dengan indahnya. Aku sampai di kamar yang begitu indah bagaikan istana bidadari
di mataku. Setiap sudut dihiasi pajangan genangan air mata dan alunan musik
kesenduan selalu mengalun di ruangan ini. Daun Jendela dunia itu tak pernah
dibuka, warna hitam menjadi dasar penghias di istana ini. Suara badan pintu
serasa digedor oleh sesuatu yang mungil.
Sosok itu masuk dengan membawa
guntingan jepretan foto yang lusuh dan berlumuran bercak darah.
“ ini aku nemu di gudang”, ucapnya.
“”tak perlu kau kemari dan membawa
guntingan kepiluan itu, buanglah atau bakarlah !”, perintahku.
Si
mungil itu pergi dengan genangan mata air yang mengucur di sudut kanan pipinya.
Dengan setengah amarah membanting badan pintu kepiluan yang ada.
Ku
tertidur mencoba merajut khayalan indahku Andai sosok itu kembali dan menjadi
milikku lagi, yang mungkin sampai kapan pun tak bisa dan tak bisa terkabul. Buaian tangisan hati
emnjadi musik pengantar ridurku. Kisah masa lalu seakan dongeng terindah
buatku.
***
Gemerlap
malam yang bermandikan bintang dan dihiasi tawa bulan itu lah dia datang. Dia
bersinar selaksa membawa lampu cahaya yang sangat menyilaukan mata. Menghampiri
aku yang duduk termangu yang lagi memicingkan mata seraya berpikir akan mati
dan mati.
“sedang
apa kamu disini?”, tanyanya sambil menarik lengan bajunya yang menjulang
panjang.
“tak
ada, tak ada yang ku lakuakan, selain berbicara dengan mu”, jawabku serasa
memalingkan wajah ke arah wajahnya yang sendu kelabu.
“mari
ku antar kembali?”, tanyanya lagi.
“tak
ada, tak ada yang boleh mengantarku !”, tandasku seraya marah meluapkan emosi
padanya.
Sosok
tinggi, semampai, berkulit sawo matang itu melangkahkan kaki tuk meninggalkan
ku dan meninggalkan semuanya. Masih termangu dalam angan bimbangku, mengapa aku
membentak dia yang tak tau apa-apa. Tak ada, tak ada yang salah.
***
Duduk
termangu di pinggir jembatan. Jembatan yang sekan membagi kesenduan dan
kekecewaan yang mendera. Aku memandangi air yang mengalir dibawahnya yang tiada
pernah mau berhenti oleh apapun. Dia datang lagi.
“tenanglah, diriku selalu berpanggung di laksa hatimu”,
tandasnya.
“untuk apa kau berbicara demikian, toh tak ada guna kan?, aku tak mau kamu makin membuat kekusutan sulaman hati yang kini ku rasa”, jawabku.
“untuk apa kau berbicara demikian, toh tak ada guna kan?, aku tak mau kamu makin membuat kekusutan sulaman hati yang kini ku rasa”, jawabku.
“
percayalah !”, pintanya setengah berlutut.
“sudah berulang aku berkata, tak akan, tak akan ada yang bisa !”, potongku menyudahi perkataan dari mulut manisnya.
“sudah berulang aku berkata, tak akan, tak akan ada yang bisa !”, potongku menyudahi perkataan dari mulut manisnya.
Dia
tertunduk membatin dalam jiwa berpikir apa yang harus dilakukan.Rasa dekapan
tangan ini segera menarik asa yang pernah terlintas. Aku tak peduli dengan
apapun yang terjadi karena itu TAK akan bisa dan TAK akan terjadi. Dia, dia dan
dia tak mengerti dengan semua ini. TAK akan terulang.