weLcome to my bLog..

i wiLL always need you ...

Selasa, 27 Maret 2012

FB laah pintuuu awal kebahagiiann ku dngann nya dan bersemi di 21 Maret 2012

:  Di awali dengan saling sapa dari dunia maya.
 aku yang tak biasa meladeni facebookers yang lain yang ingin mendekatkan diri dengan ku..
 tetapiii di saat dia dtang menyOdorkan diriii dan ingin mnegenal ku lebih jauh, gejolak bahagia tak dapat dipungkiri. Semakin lama selalu dengan nya.


harii itu adalah hari yang membuat ku serasa seperti anak SMA yg sprti pertama kali merasakan guyuran rinai hujan cinta :)

yahh wajar emang setelah 5 bulan tak ada yang mengisi hatii, tiibatiba sosok iitu datang, membawa berbagai perubahan dalam hidup ku :)

ku akuii, dia beda dari semua daftar mantan ku yang ada :0, tapi detak relung hati ku mengatakan dia yang paling istimewa,

walo sempat tak berrsua dan saling sapa dengan nya hampir 2 bulan, waktu 2 bulan itu cukup membuat ku mengerti akan arti kehilangan seseorang dalam hidup kita ..

akku  berterimakasih pada sang waktu karena telah mepmpertemukan kami, telah membuat kami mengerti kehadiran satu sama lain dan waktu juga lah yang membuat ku begitu cinta dengan dirinya :* <3

Akku berharap dia yang akan sellalu mngerti akku dan selalu ada buat akku.

i luph you Christian :* i'll be there for you.

Senin, 19 Maret 2012

tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik pada novel Siti Nurbaya


Data Novel:
Siti Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang : Marah Rusli
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1992
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 271 halaman
Pelaku : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan
Mahmud.
o IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
a) Tokoh dan Karakter Tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri : baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
b) Latar (Setting)
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
ü Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
ü Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih bobrok.
ü Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur (Plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa tersebut meliputi:

- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)

- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)

- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)

- mencapai titik puncak (klimaks):
Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d) Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
f) Tema
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
g) Amanat
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
o IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya sastra antara lain sebagai berikut.

1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut juga terkekang dengan adat istiadat lama.

2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang buku novel, “Siti Nurbaya”.

3. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru dengan karyanya.

4. Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja, jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.

SITI NURBAYA

Pelaku              : Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman,  dan Sultan Mahmud.



Sinopsis :

SITI NURBAYA (Kasih Tak Sampai)
Karya Marah Rusli

Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.

Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yang lainnya Datuk Maringgih memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikan oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.

Menghadapi kenyataan seperti itu Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain selain yang ditawarkan oleh Datuk Maringgih. Yaitu menyarahkan puterinya Siti Nurbaya kepada Datuk Maringgih untuk dijadikan istri.

Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan Datuk Maringgih.

Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya. Dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa keluarganya.

Pada suatu hari ketika Samsulbahri sedang liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak-teriak keras hingga teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.

Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang kebetulan menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsulbahri diusir dan harus kembali ke Jakarta dan ia benrjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, oleh karena itu Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya dan tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya.

Siti Nurbaya yang mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, timbul niatnya untuk pergi menyusul Samsulbahri ke Jakarta. naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut.

Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,Karena dengan siasat dan fitnah dari Datuk Mariggih Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya, bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari emasnya atau hartanya. Sehingga memaksa Siti Nurbaya kembali dengan perantaraan polisi.

Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsulbahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri. Akan tetapi mujurlah karena ia tak meninggal. Sejak saat itu Samsulbahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.

Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.

Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang, yang sangat melanggar adat istiadat dan memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia. Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.




Biografi Pengarang
Marah Rusli sang sastrawa itu bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, Sumatra Barat pada tanggal 7 Agustus 1889. Marah Rusli masih termasuk keluarga bangsawan Pagaruyung. Ayahnya bernama Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Ibunya berasal dari Jawa dan keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Keterkenalannya Marah Rusli karena karyanya yaitu Siti Nurbaya (roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya.

Pendidikan
Tahun 1904 tamat Sekolah Rakyat di Padang. Tahun 1909 tamat Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukittinggi. Tahun 1915 tamat Sekolah Dokter Hewan (Vee Arstsen School ) di Bogor.

Pengalaman Kerja
Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Tahun 1915 ia di tempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Pada tahun 1916 ia menjadi Kepala Peternakan. Pada Tahun 1920-1922, Marah Rusli diangkat sebagai asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani skorsing itulah ia menulis novel “Siti Nurbaya”. Tahun 1923-1945 menjadi dokter hewan di Semarang. Tahun 1945 menjadi dokter hewan di pengungsian di Sala dan Klaten. Pada tahun 1948 Ia mengajar di Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten Kemudian kembali kesemarang dan pensiun tahun 1951. Tahun 1952-1960 dipekerjakan kembali sebagai dokter hewan di Pusat Pendidikan Peternakan Bogor.
Marah Rusli meninggal dunia pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.

Buku-buku karya Marah Rusli :
  • Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka 1920. Berhasil menempatkan diri sebagai puncak roman dalam Sastra Indonesia Modern. Dan juga berhasil merebut hadiah tahunan dalam bidang sastra, yang diberikan oleh pemerintah RI pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia.
  • La Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924.
  • Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956.
  • Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis)
  • Tesna Zahera (naskah Roman)
  • Novel Terjemahannya: Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922).

Selain mengarang, Marah Rusli juga menpunyai hobi olahraga, musik, melukis dan sandiwara. Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng di Sumatera Barat yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra.

Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkannya ke dalam karyanya, “Siti Nurbaya”.

Kiprahnya Dalam Sejarah Sastra Indonesia
Marah Rusli tercatat sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh H.B. Jassin sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Sebelum muncul bentuk roman di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat.

Siti Nurbaya (sinopsiis)


Selain karena hubungan kedua orang tua mereka amat akrab, Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri adalah kawan sepermainan bertetangga yang bersekolah di sebuah sekolah yang sama. Berangkat dan pulang bersama, mereka selalu siantar oleh kusir Ali, pembantu Nurbaya yang setia dengan sado milik Nurbaya.
Ayah Nurbaya adalah saudagar kaya di daerah Padang, bernama Baginda Sulaiman. Ayah Samsul Bahri adalah seorang bangsawan yang menduduki jabatan sebagai penghulu di daerah Padang, bernama Sutan Mahmud Sjah. Selain itu, di Padang tinggallah seorang saudagar lain bernama Datuk Maringgih. Sifatnya amat licik, kekayan yang diperolehnya dengan cara tidak benar.
Untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta, ayah Samsul Bahri terpaksa meminjam uang sebesar tigaribu rupiah pada Datuk Maringgih. Tindakan Sutan Mahmud hendak menyekolahkan Samsul Bahri ke Jakarta tidak dapat diterima oleh kakak perempuannya bernama Putri Rubiah karena menurut adat Sutan Mahmud justru harus menanggung kehidupan kemenakannya yang bernama Rukiah, dan bukan anaknya sendiri yang bernama Samsul Bahri.
Persahabatan Samsul Bahri dengan Siti Nurbaya kemudian berkembang menjadi hubungan cinta. Sewaktu mereka pergi bertamasya bersama Bachtiar dan Arifin ke Gunung Padang, Samsul Bahri menyatakan perasaannya serta bercerita tentang mimpinya jatuh dari sebuah menara bersama Siti Nurbaya setelah mereka melihat Datuk Maringgih.
Samsul tergolong murid yang pandai. Sementara itu sepeninggal Samsul kekasihnya, Siti Nurbaya amat kesepian. Kehidupan Siti Nurbaya berubah pada saat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan karena tindakan licik Datuk Maringgih. Datuk Maringgih bersama Pendekar Lima membakar gudang-gudang, toko-toko, serta menenggelamkan perahu-perahu dagang Baginda Sulaiman, bahkan seluruh kebun kelapa milik saudagar saingannya itu. Dengan demikian suatu ketika, Baginda Sulaiman membutuhkan pinjaman uang untuk meneruskan usahanya dan berjanji akan mengembalikannnya dalam jangka tiga bulan. Karena tidak dapat mengembalikan pada waktu ynag telah dijanjijkan, Datuk Maringgih menagkap Baginda Sulaiman untuk di penjara. Ia pun melepaskan Baginda Sulaiman asal Nurbaya diserahkan padanya untuk diperistri.
Keadaan itulah yang menyebabbkan Nurbaya terpaksa menerima syarat yang diajukan Datuk Maringgih untuk memperistrinya. Ia menerima Datuk Maringgih karean perasaan kasihan pada ayahnya.
Surat Nurbaya yang diterima Samsul Bahri di Jakarta itu amat membuat persaan Samsul Bahri terpukul dan terhina. Pada suatu liburan lebaran, Samsul Bahri pulang ke Padang hendak menjenguk orang tuanya kebetulan Nurbaya pun sedang menjenguk ayahnya. Pertemuan itu kembali membuat dua insane ingat kembali cinta mereka yang masih membara. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, datanglah Datuk Maringgih ke rumah mertuanya bersama tukang-tukang pukulnya. Terjadilah perkelahian antar Samsul Bahri dan Datuk Maringgih karean Datuk Maringgih telah berbuat senonoh pada Nurbaya.
Ayah Nurbaya mendengar keributan itu terkejut dan terguling-guling jatuh dari tangga menemui ajalnya.
Peristiwa itu membuat Sutan Mahmud amat marah pada Samsul Bahri karena Samsul telah membuat aib orang tuanya serta dianggap telah menggangu istri orang. Oleh karena itu Sutan Mahmud akhirnya mengusir Samsul Bahri dari Padang dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai anak. Sejak itu pulalah Nurbaya tidak mau tinggal serumah bersama Datuk Maringgih dan menumpang di rumah familinya.
Samsul Bahri akhirnya melarikan diri ke Jakarta. Suatu ketika dengan sembunyi-sembunyi Nurbaya menyusul ke Jakarta diantar kusir Ali. Karena tipu muslihat Datuk Mairnggih, Nurbaya terpaksa kembali ke Padang karena dituduh melarikan barang-barang milik Datuk Maringgih. Setelah diadili ternyata Nurbaya tidak terbukti bersalah sehingga ia bebas dari tuntutan. Namun Datuk Maringgih tidak puas dengan keadaan Nurbaya. Dengan mengupah orang suruhannya ia meracuni Nurbaya dengan kue lemang. Ibu Samsul Bahri akhirnya sakit dan meninggal karena kematian Nurbaya.
Samsul Bahri mencoba bunuh diri di Jakarta, atas tindakan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan dari kematian.
Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri telah menjadi Letnan Mas dan tinggal di Cimahi, Bandung. Ia mendapat tugas untuk memadamkan di daerah Padang karena perkara belasting (pajak). Dimulailah perlawanan memadamkan pemberontakan yang di antaranya dipimpin oleh Datuk Maringgioh yang membangkang tidak membayar pajak pada Belanda. Dalam pertempuran yang seru akhirnya Samsul Bahri dapat membinasakan Datuk Maringgih. Akan tetapi iapun terluka parah dan meninggal di Padang. Begitu Sutan Mahmud tahu bahwa Letnan Mas adlah Samsul Bahri anaknya, ia pun meninggal dunia ( Sumardjo, 1992:62-64).