weLcome to my bLog..

i wiLL always need you ...

Senin, 19 Maret 2012

Siti Nurbaya (sinopsiis)


Selain karena hubungan kedua orang tua mereka amat akrab, Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri adalah kawan sepermainan bertetangga yang bersekolah di sebuah sekolah yang sama. Berangkat dan pulang bersama, mereka selalu siantar oleh kusir Ali, pembantu Nurbaya yang setia dengan sado milik Nurbaya.
Ayah Nurbaya adalah saudagar kaya di daerah Padang, bernama Baginda Sulaiman. Ayah Samsul Bahri adalah seorang bangsawan yang menduduki jabatan sebagai penghulu di daerah Padang, bernama Sutan Mahmud Sjah. Selain itu, di Padang tinggallah seorang saudagar lain bernama Datuk Maringgih. Sifatnya amat licik, kekayan yang diperolehnya dengan cara tidak benar.
Untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta, ayah Samsul Bahri terpaksa meminjam uang sebesar tigaribu rupiah pada Datuk Maringgih. Tindakan Sutan Mahmud hendak menyekolahkan Samsul Bahri ke Jakarta tidak dapat diterima oleh kakak perempuannya bernama Putri Rubiah karena menurut adat Sutan Mahmud justru harus menanggung kehidupan kemenakannya yang bernama Rukiah, dan bukan anaknya sendiri yang bernama Samsul Bahri.
Persahabatan Samsul Bahri dengan Siti Nurbaya kemudian berkembang menjadi hubungan cinta. Sewaktu mereka pergi bertamasya bersama Bachtiar dan Arifin ke Gunung Padang, Samsul Bahri menyatakan perasaannya serta bercerita tentang mimpinya jatuh dari sebuah menara bersama Siti Nurbaya setelah mereka melihat Datuk Maringgih.
Samsul tergolong murid yang pandai. Sementara itu sepeninggal Samsul kekasihnya, Siti Nurbaya amat kesepian. Kehidupan Siti Nurbaya berubah pada saat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan karena tindakan licik Datuk Maringgih. Datuk Maringgih bersama Pendekar Lima membakar gudang-gudang, toko-toko, serta menenggelamkan perahu-perahu dagang Baginda Sulaiman, bahkan seluruh kebun kelapa milik saudagar saingannya itu. Dengan demikian suatu ketika, Baginda Sulaiman membutuhkan pinjaman uang untuk meneruskan usahanya dan berjanji akan mengembalikannnya dalam jangka tiga bulan. Karena tidak dapat mengembalikan pada waktu ynag telah dijanjijkan, Datuk Maringgih menagkap Baginda Sulaiman untuk di penjara. Ia pun melepaskan Baginda Sulaiman asal Nurbaya diserahkan padanya untuk diperistri.
Keadaan itulah yang menyebabbkan Nurbaya terpaksa menerima syarat yang diajukan Datuk Maringgih untuk memperistrinya. Ia menerima Datuk Maringgih karean perasaan kasihan pada ayahnya.
Surat Nurbaya yang diterima Samsul Bahri di Jakarta itu amat membuat persaan Samsul Bahri terpukul dan terhina. Pada suatu liburan lebaran, Samsul Bahri pulang ke Padang hendak menjenguk orang tuanya kebetulan Nurbaya pun sedang menjenguk ayahnya. Pertemuan itu kembali membuat dua insane ingat kembali cinta mereka yang masih membara. Ketika mereka sedang bercakap-cakap, datanglah Datuk Maringgih ke rumah mertuanya bersama tukang-tukang pukulnya. Terjadilah perkelahian antar Samsul Bahri dan Datuk Maringgih karean Datuk Maringgih telah berbuat senonoh pada Nurbaya.
Ayah Nurbaya mendengar keributan itu terkejut dan terguling-guling jatuh dari tangga menemui ajalnya.
Peristiwa itu membuat Sutan Mahmud amat marah pada Samsul Bahri karena Samsul telah membuat aib orang tuanya serta dianggap telah menggangu istri orang. Oleh karena itu Sutan Mahmud akhirnya mengusir Samsul Bahri dari Padang dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai anak. Sejak itu pulalah Nurbaya tidak mau tinggal serumah bersama Datuk Maringgih dan menumpang di rumah familinya.
Samsul Bahri akhirnya melarikan diri ke Jakarta. Suatu ketika dengan sembunyi-sembunyi Nurbaya menyusul ke Jakarta diantar kusir Ali. Karena tipu muslihat Datuk Mairnggih, Nurbaya terpaksa kembali ke Padang karena dituduh melarikan barang-barang milik Datuk Maringgih. Setelah diadili ternyata Nurbaya tidak terbukti bersalah sehingga ia bebas dari tuntutan. Namun Datuk Maringgih tidak puas dengan keadaan Nurbaya. Dengan mengupah orang suruhannya ia meracuni Nurbaya dengan kue lemang. Ibu Samsul Bahri akhirnya sakit dan meninggal karena kematian Nurbaya.
Samsul Bahri mencoba bunuh diri di Jakarta, atas tindakan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan dari kematian.
Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri telah menjadi Letnan Mas dan tinggal di Cimahi, Bandung. Ia mendapat tugas untuk memadamkan di daerah Padang karena perkara belasting (pajak). Dimulailah perlawanan memadamkan pemberontakan yang di antaranya dipimpin oleh Datuk Maringgioh yang membangkang tidak membayar pajak pada Belanda. Dalam pertempuran yang seru akhirnya Samsul Bahri dapat membinasakan Datuk Maringgih. Akan tetapi iapun terluka parah dan meninggal di Padang. Begitu Sutan Mahmud tahu bahwa Letnan Mas adlah Samsul Bahri anaknya, ia pun meninggal dunia ( Sumardjo, 1992:62-64).

Tidak ada komentar: