Selain karena hubungan kedua orang tua mereka amat akrab, Sitti
Nurbaya dan Samsul Bahri adalah kawan sepermainan bertetangga yang
bersekolah di sebuah sekolah yang sama. Berangkat dan pulang bersama,
mereka selalu siantar oleh kusir Ali, pembantu Nurbaya yang setia dengan
sado milik Nurbaya.
Ayah Nurbaya adalah saudagar kaya di daerah Padang, bernama Baginda
Sulaiman. Ayah Samsul Bahri adalah seorang bangsawan yang menduduki
jabatan sebagai penghulu di daerah Padang, bernama Sutan Mahmud Sjah.
Selain itu, di Padang tinggallah seorang saudagar lain bernama Datuk
Maringgih. Sifatnya amat licik, kekayan yang diperolehnya dengan cara
tidak benar.
Untuk melanjutkan sekolahnya ke Jakarta, ayah Samsul Bahri terpaksa
meminjam uang sebesar tigaribu rupiah pada Datuk Maringgih. Tindakan
Sutan Mahmud hendak menyekolahkan Samsul Bahri ke Jakarta tidak dapat
diterima oleh kakak perempuannya bernama Putri Rubiah karena menurut
adat Sutan Mahmud justru harus menanggung kehidupan kemenakannya yang
bernama Rukiah, dan bukan anaknya sendiri yang bernama Samsul Bahri.
Persahabatan Samsul Bahri dengan Siti Nurbaya kemudian berkembang
menjadi hubungan cinta. Sewaktu mereka pergi bertamasya bersama Bachtiar
dan Arifin ke Gunung Padang, Samsul Bahri menyatakan perasaannya serta
bercerita tentang mimpinya jatuh dari sebuah menara bersama Siti Nurbaya
setelah mereka melihat Datuk Maringgih.
Samsul tergolong murid yang pandai. Sementara itu sepeninggal Samsul
kekasihnya, Siti Nurbaya amat kesepian. Kehidupan Siti Nurbaya berubah
pada saat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan karena tindakan licik
Datuk Maringgih. Datuk Maringgih bersama Pendekar Lima membakar
gudang-gudang, toko-toko, serta menenggelamkan perahu-perahu dagang
Baginda Sulaiman, bahkan seluruh kebun kelapa milik saudagar saingannya
itu. Dengan demikian suatu ketika, Baginda Sulaiman membutuhkan pinjaman
uang untuk meneruskan usahanya dan berjanji akan mengembalikannnya
dalam jangka tiga bulan. Karena tidak dapat mengembalikan pada waktu
ynag telah dijanjijkan, Datuk Maringgih menagkap Baginda Sulaiman untuk
di penjara. Ia pun melepaskan Baginda Sulaiman asal Nurbaya diserahkan
padanya untuk diperistri.
Keadaan itulah yang menyebabbkan Nurbaya terpaksa menerima syarat
yang diajukan Datuk Maringgih untuk memperistrinya. Ia menerima Datuk
Maringgih karean perasaan kasihan pada ayahnya.
Surat Nurbaya yang diterima Samsul Bahri di Jakarta itu amat membuat
persaan Samsul Bahri terpukul dan terhina. Pada suatu liburan lebaran,
Samsul Bahri pulang ke Padang hendak menjenguk orang tuanya kebetulan
Nurbaya pun sedang menjenguk ayahnya. Pertemuan itu kembali membuat dua
insane ingat kembali cinta mereka yang masih membara. Ketika mereka
sedang bercakap-cakap, datanglah Datuk Maringgih ke rumah mertuanya
bersama tukang-tukang pukulnya. Terjadilah perkelahian antar Samsul
Bahri dan Datuk Maringgih karean Datuk Maringgih telah berbuat senonoh
pada Nurbaya.
Ayah Nurbaya mendengar keributan itu terkejut dan terguling-guling jatuh dari tangga menemui ajalnya.
Peristiwa itu membuat Sutan Mahmud amat marah pada Samsul Bahri
karena Samsul telah membuat aib orang tuanya serta dianggap telah
menggangu istri orang. Oleh karena itu Sutan Mahmud akhirnya mengusir
Samsul Bahri dari Padang dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai anak.
Sejak itu pulalah Nurbaya tidak mau tinggal serumah bersama Datuk
Maringgih dan menumpang di rumah familinya.
Samsul Bahri akhirnya melarikan diri ke Jakarta. Suatu ketika dengan
sembunyi-sembunyi Nurbaya menyusul ke Jakarta diantar kusir Ali. Karena
tipu muslihat Datuk Mairnggih, Nurbaya terpaksa kembali ke Padang karena
dituduh melarikan barang-barang milik Datuk Maringgih. Setelah diadili
ternyata Nurbaya tidak terbukti bersalah sehingga ia bebas dari
tuntutan. Namun Datuk Maringgih tidak puas dengan keadaan Nurbaya.
Dengan mengupah orang suruhannya ia meracuni Nurbaya dengan kue lemang.
Ibu Samsul Bahri akhirnya sakit dan meninggal karena kematian Nurbaya.
Samsul Bahri mencoba bunuh diri di Jakarta, atas tindakan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan dari kematian.
Sepuluh tahun kemudian Samsul Bahri telah menjadi Letnan Mas dan
tinggal di Cimahi, Bandung. Ia mendapat tugas untuk memadamkan di daerah
Padang karena perkara belasting (pajak). Dimulailah perlawanan
memadamkan pemberontakan yang di antaranya dipimpin oleh Datuk
Maringgioh yang membangkang tidak membayar pajak pada Belanda. Dalam
pertempuran yang seru akhirnya Samsul Bahri dapat membinasakan Datuk
Maringgih. Akan tetapi iapun terluka parah dan meninggal di Padang.
Begitu Sutan Mahmud tahu bahwa Letnan Mas adlah Samsul Bahri anaknya, ia
pun meninggal dunia ( Sumardjo, 1992:62-64).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar